Kata Pengantar
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahhiraabbil’alamin, banyak nikmat yang
Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak
untuk Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,rahmat,taufik,serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Keutamaan Sahabat Nabi” , yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari sejarah agama islam.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah
ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Melalui
kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman
bilamana makalah ini ada kekurangan, dan ada tulisan yang penulis buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini
penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih,dan semoga
Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Pekanbaru,10 Oktober 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
1.3. Tujuan........................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1. Siapa yang boleh disebut sebagai sahabat
Nabi..........................................................
3
2.2. Nash-Nash yang menjelaskan keutamaan
sahabat Nabi............................................. 4
2.3.Faktor-faktor yang menyebabkan para
sahabat Nabi meraih keistimewaan dan keutamaan 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 14
3.1. Kesimpulan................................................................................................................... 14
3.2 Saran.............................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Seiring
berkembangnya zaman, semakin besar kemungkinan umat islam tidak mengetahui bagaimana
Sejarah kebudayaan islam. Sehingga masyarakat sering lupa
akan perjalanan nabi beserta sahabat nya.
Para sahabat nabi SAW adalah orang
yang mulia yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya. Mereka adalah orang-orang
yang menggabungkan ilmu dan amal dalam kehidupannya, mereka mengorbankan harta
jiwa untuk islam dan kaum muslimin. Oleh karena itu mereka lah tauladan kita
setelah para nabi dan rasul.
Sebagai umat islam kita dituntut
untuk mengetahui sejarah Nabi dan sahabat nya membawa umat manusia dari zaman
tidak berpendidikan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dan biadab
menjadi beradab.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Siapakah yang boleh disebut sebagai sahabat
nabi ?
2. Apai sajakah Nash-nash yang menjelaskan
keutamaan sahabat nabi ?
3. Bagaimanakah para sahabat Nabi dapat meraih
keistimewaan dan keutamaan bagi para nabi ?
1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui siapa saja yang dapat
disebut sebagai sahabat nabi.
2.Untuk mengetahui Nash-nash yang menjelaskan
tentang keutamaan sahabat nabi.
3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan para sahabat nabi meraih keistimewaan dan keutamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Siapa saja yang dapat disebut sebagai
sahabat nabi ?
Ibnu
faris rahimullah seorang ahli bahasa menjelaskan dalam mu’jamu maqayisil lughah
(III/335) pasal sha-ha-ba, mengatakan: “(himpunan tiga huruf itu) menunjukkan
penyertaan sesuatu dan kedekatan nya dengan seseorang yang bersama nya. Bentuk
jamaknya ialah shuhhab sebagaimana kata rakib bentuk jamaknya rukkab. Sama
seperti kalimat أَصْحَبَ فُلاَنٌ (ashhaba
fulan), artiya menjadi tunduk. Dan kalimat ashabar rajalu, yang artinya jika anaknya telah baligh, dan
segaa sesuatu yang menyertai sesuatu maka boleh dikatan telah menjadi
sahabatnya”.
Dalam
mu’jamul–wasith (I/507) disebutkan, “shahabahu, ialah rafaqahu (menemaninya).
Ishtashhaba syai’an artinya lazamahu (menyertaiya). Ash-shahib, ialah
al-murafiq (teman), pemilik sesuatu, pelaksana suatu pekerjaan. Dipakai juga
untuk orang yang menganut sbuah mazhab atau pendapat tertentu.
الصَّحَابِيُّ (ash-Shahâbi) ialah orang yang
bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beriman kepadanya, dan
meninggal (wafat) dalam keadaan muslim.
Dalam
kitab al-Ifshah fil-Lughah, halaman 708 disebutkan: "Ash-shuhbah, artinya الْمُعَاشَرَةُ (al-mu'asyarah, pergaulan)".
Tidak
ada penjelasan dari pakar bahasa yang mensyaratkan penyertaan tersebut harus
dalam jangka waktu tertentu atau menyebutkan batasan tertentu selain penyertaan
secara mutlak, untuk jangka waktu yang lama maupun singkat. Oleh sebab itu,
Ibnu Fârist menyebutkan bahwa asal kata
ash-shuhbah, maknanya penyertaan dan kedekatan.
Ibnu taimiyah mengatakan dalam majmu’ fatawa (IV/464): “shuhbah ialah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang menyertai Rasulullah SAW dalam jangka waktu yang lama maupun yang singkat. Akan tetapi, kedudukan setiap sahabat ditentukan oleh jangka waktu ia menyertai Rasulullah SAW. Imam ahmad rahimullah dan imam Al-Bukhari mengatakan bahwa: “Siapa yang menyertai belau setahun, sebulan, sehari, sesaat, atau melihat beliau sekilas lalu beriman, maka ia terhitung sebagai sahabat nabi”. Derajat masing-masing ditentukan sesuai jangka waktunya dalam menyertai Rasululah”.
Ibnu taimiyah mengatakan dalam majmu’ fatawa (IV/464): “shuhbah ialah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang menyertai Rasulullah SAW dalam jangka waktu yang lama maupun yang singkat. Akan tetapi, kedudukan setiap sahabat ditentukan oleh jangka waktu ia menyertai Rasulullah SAW. Imam ahmad rahimullah dan imam Al-Bukhari mengatakan bahwa: “Siapa yang menyertai belau setahun, sebulan, sehari, sesaat, atau melihat beliau sekilas lalu beriman, maka ia terhitung sebagai sahabat nabi”. Derajat masing-masing ditentukan sesuai jangka waktunya dalam menyertai Rasululah”.
Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah
dalam al-Ihkam (V/89) berkata: "(Yang disebut) sahabat, ialah semua orang
yang telah duduk bersama Rasulullah SAW meski hanya sesaat dan mendengar
perkataan beliau meski hanya satu kalimat atau lebih, atau menyaksikan beliau
secara langsung, dan tidak termasuk kaum munafik yang sudah dikenal
kemunafikannya dan mati dalam keadaan munafik,Dan tidak termasuk orang-orang
yang diusir oleh Rasulullah SAW karena alasan yang patut, misalnya kaum banci
dan orang-orang semacam itu. Siapa saja yang telah memenuhi kriteria tersebut,
maka ia berhak disebut sahabat. Semua sahabat termasuk (sebagai) imam panutan,dan
diridhai. Kita wajib menghormati mereka, mengagungkan mereka, memohon ampunan
bagi mereka dan mencintai mereka. Sebiji kurma yang mereka sedekahkan lebih
utama daripada seluruh harta yang disedekahkan oleh selain mereka. Kedudukan
mereka di sisi Rasulullah SAW lebih utama daripada ibadah kita seumur hidup,
baik yang masih kanak-kanak maupun yang sudah baligh. An-Nu'man bin Basyir,
Abdullah bin Az-Zubair, Al-Hasan dan Al-Hushain bin 'Ali bin Abi Thalib
Radhiyallahu anhum masih berusia sekitar sepuluh tahun ketika Rasulullah SAW
wafat. Adapun Al-Hushain, ketika Rasulullah SAW wafat ia masih berusia enam
tahun. Mahmud bin ar-Rabi' berusia lima tahun ketika Rasulullah SAW wafat, ia
masih ingat semburan Rasulullah SAW ke wajahnya dengan air yang diambil dari
sumur mereka. Mereka semua termasuk sahabat terbaik, riwayat-riwayat mereka
dari Rasulullah SAW diterima sepenuhnya, baik dari kalangan pria, wanita, budak
maupun orang merdeka.
2.2.
Nash-nash tentang keutamaan sahabat Nabi
Terdapat banyak sekali dalil yang menjelaskan nya: Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman yang artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injîl; yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas
pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).
Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [al-Fath/48 ayat 29].
Ayat ini
mencakup seluruh sahabat Nabi Radhiyallahu anhum, karena mereka seluruhnya
hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sementara itu, hadits-hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan para sahabat tidak
sedikit. Dalam kitab Shahîhain, al-Bukhâri dan Muslim diriwayatkan dari hadits
'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُالنَّاسِقَرْنِيثُمَّالَّذِينَيَلُونَهُمْثُمَّالَّذِينَيَلُونَهُمْثُمَّيَجِيءُقَوْمٌتَسْبِقُشَهَادَةُأَحَدِهِمْيَمِينَهُوَيَمِينُهُشَهَادَتَهُ
Sebaik-baik manusia ialah pada
zamanku, kemudian zaman berikutnya, dan kemudian zaman berikutnya. Lalu akan
datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpah, dan sumpahnya mendahului persaksian.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjelaskan, mereka ialah sebaik-baik manusia. Akan tetapi, musuh-musuh Allah
Subhanahu wa Ta’ala tetap mencela sebaik-baik manusia yang telah dipuji oleh
sebaik-baik hamba yang tidak berucap dengan hawa nafsu. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjelaskan, kurun beliau dan kurun para sahabatnya ialah
sebaik-baik kurun secara mutlak. Tidak ada kurun yang lebih baik daripada kurun
mereka. Barang siapa mengatakan selain itu, maka ia termasuk zindîq (orang
sesat).
Dalam hadits 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah sebaik-baik manusia?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini, kemudian kurun berikutnya, kemudian kurun berikutnya”
Dalam hadits 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Siapakah sebaik-baik manusia?” Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “(Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini, kemudian kurun berikutnya, kemudian kurun berikutnya”
Abu Burdah meriwayatkan dari
ayahnya, bahwasanya ia berkata: Kami mengerjakan shalat Maghrib bersama Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selepas shalat, kami berkata: "Bagaimana
kalau kita duduk menunggu untuk mengerjakan 'Isya bersama beliau?" Maka kami pun sepakat duduk menunggu. Lalu beliau
keluar menemui kami, beliau berkata: "Apakah kalian masih di sini?"
Kami menjawab: "Wahai Rasulullah, kami mengerjakan shalat Maghrib
bersamamu, kemudian kami duduk menunggu di sini agar dapat mengerjakan shalat
'Isya
bersamamu". "Bagus,
sungguh tepat yang kalian lakukan itu!" sahut beliau.
Kemudian beliau menengadahkan
wajahnya ke langit, biasanya beliau sering menengadahkan wajah ke langit. Lalu
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
النُّجُومُأَمَنَةٌلِلسَّمَاءِفَإِذَاذَهَبَتِالنُّجُومُأَتَىالسَّمَاءَمَاتُوعَدُوَأَنَاأَمَنَةٌلِأَصْحَابِيفَإِذَاذَهَبْتُأَتَىأَصْحَابِيمَايُوعَدُونَ وَأَصْحَابِيأَمَنَةٌلِأُمَّتِيفَإِذَاذَهَبَأَصْحَابِيأَتَىأُمَّتِيمَايُوعَدُونَ
"Sesungguhnya bintang-bintang
itu adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu lenyap, maka akan
datang apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pengaman bagi
sahabatku, jika aku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas
sahabatku. Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah
pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku"
Anas Radhiyallahu anhu meriwayatkan,
sewaktu menggali khandaq (parit pertahanan), para sahabat nabi melantunkan
syair: Kamilah yang telah membaiat Muhammad
untuk memegang teguh Islam selama hayat dikandungbadan.Atau mereka mengatakan:
Untuk berjihad selama hayat di kandung badan.
Hammad ragu-ragu meriwayatkannya.
Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalasnya dengan ucapan: Ya
Allah, sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan akhirat. Ampunilah
kaum Anshar dan Muhajirin.
Dalam riwayat lain disebutkan: Berikanlah
kebaikan bagi kaum Anshar dan Muhajirin.
Dalam riwayat lain pula disebutkan: Muliakanlah
kaum Anshâr dan Muhajirin.
Dalam riwayat Sahal bin Sa'ad, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemui kami, sedangkan ketika itu, kami sedang menggali parit (khandaq) dan membawa tanah dengan bahu kami sendiri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ya Allah! Sesungguhnya kehidupan yang hakiki ialah kehidupan akhirat. Berilah ampunan bagi kaum Muhâjirin dan Anshar"
Dalam riwayat Sahal bin Sa'ad, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemui kami, sedangkan ketika itu, kami sedang menggali parit (khandaq) dan membawa tanah dengan bahu kami sendiri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ya Allah! Sesungguhnya kehidupan yang hakiki ialah kehidupan akhirat. Berilah ampunan bagi kaum Muhâjirin dan Anshar"
Coba lihat, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam memohonkan ampunan, kemuliaan, kebaikan dan berkah untuk
mereka. Anehnya, kemudian setelah itu muncul pula orang yang mencela para
sahabat nabi, melaknat mereka, mengkafirkan mereka, menuding mereka munafik,
dan banyak pelecehan lainnya.
Sifat-sifat buruk tersebut,
sebenarnya lebih tepat untuk yang mencela mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
فَلْيَحْذَرِالَّذِينَيُخَالِفُونَعَنْأَمْرِهِأَنْتُصِيبَهُمْفِتْنَةٌأَوْيُصِيبَهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ
Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. [an-Nûr/24 ayat 63].
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
memperingatkan kita agar tidak menyelisihi perintah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam dan tidak menyimpang dari jalan beliau, manhaj, sunnah dan
syariatnya. Semua perkataan dan perbuatan diukur menurut perkataan dan
perbuatan Rasulullah. Baru bisa diterima bila selaras dengan perkataan dan
perbuatan beliau, dan tertolak bila menyelisihinya. Seseorang yang mengucapkan
perkataan dan mengerjakan perbuatan yang menyelisihi perkataan dan perbuatan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berarti ia termasuk yang menentang
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.Ia
termasuk orang yang rendah dan terhina.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِنَّالَّذِينَيُحَادُّونَاللَّهَوَرَسُولَهُكُبِتُواكَمَاكُبِتَالَّذِينَمِنْقَبْلِهِمْۚوَقَدْأَنْزَلْنَاآيَاتٍبَيِّنَاتٍۚوَلِلْكَافِرِينَعَذَابٌمُهِينٌ
Sesungguhnya orang-orang yang
menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan, sebagaimana orang-orang
yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan
bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang kafir ada siksa yang menghinakan.
[al-Mujâdilah/58 ayat 5].
Di antara bentuk penentangan
terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang paling keji ialah mencaci para wali-Nya. Dan wali Allah Subhanahu wa
Ta’ala yang paling mulia setelah para nabi dan rasul-Nya, ialah para sahabat
yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyertai Nabi-Nya,
yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan para sahabat meraih keistimewaan dan
keutamaan
Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhu berkata: “Janganlah kalian mencela sahabat Muhammad. Sesungguhnya, amal perbuatan
salah seorang dari mereka sesaat, (itu) lebih baik daripada amal salah
seseorang di antara kalian selama hidupnya”.
Kesempatan dapat menyertai dan
bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan anugerah yang
tidak dapat tergantikan oleh apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di
antara para hamba-Nya untuk menyertai rasul-Nya dalam menegakkan agama-Nya di
muka bumi. Manusia-manusia pilihan ini, tentu memiliki kedudukan istimewa
dibanding yang lain. Karena pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin
keliru.
'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata:
"Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah
orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan
selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang
paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada,
kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan
agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang
teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan
generasi yang berada di atas Shirathal- Mustaqim."
Beliau Radhiyallahu anhu juga
berkata: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati para
hamba-Nya. Allah menemukan hati Muhammad adalah sebaik-baik hati hamba-Nya.
Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan membawa risalah-Nya.
Kemudian Allah melihat hati para hamba setelah hati Muhammad. Allah mendapati
hati sahabat-sahabat beliau adalah sebaik-baik hati hamba. Maka Allah
mengangkat mereka sebagai wâzir (pembantu-red) Nabi-Nya, berperang demi membela
agama-Nya. Maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat),
pasti baik di sisi Allah. Dan apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi-Nya.
Dari perkataan Ibnu Mas’ûd di atas,
kita dapat mengetahui beberapa keistimewaan para sahabat dibandingkan kaum
muslimin lainnya. Yaitu:
1.
Para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik yang
ditempa langsung oleh tangan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
2.
Kedudukan seorang sahabat nabi sesaat bersama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama daripada amal seseorang sepanjang
hayatnya.
3.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling bersih
hatinya.
4.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling dalam
ilmunya.
5.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang tidak suka
mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama.
6.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang selamat dari
bid’ah.
7.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling baik
akhlaknya.
8.
Sahabat Nabi merupakan generasi yang dipilih Allah
sebagai pendamping Nabi-Nya.
9.
Para sahabat merupakan orang-orang yang beruntung
mendapat doa langsung dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10.
Sahabat Nabi sebagai pengawas dan pengaman umat ini.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bintang-bintang itu
adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu lenyap maka akan datang
apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika
aku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas sahabatku. Dan
sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah pergi maka akan
datang apa yang telah dijanjikan atas umatku"
11.
Sahabat Nabi sebagai sumber rujukan saat perselisihan
dan sebagai pedoman dalam memahami Al-Qur`ân dan Sunnah.
أَلَاإِنَّمَنْقَبْلَكُمْمِنْأَهْلِالْكِتَابِافْتَرَقُواعَلَىثِنْتَيْنِوَسَبْعِينَمِلَّةًوَإِنَّهَذِهِالْمِلَّةَسَتَفْتَرِقُعَلَىثَلَاثٍوَسَبْعِينَثِنْتَانِوَسَبْعُونَفِيالنَّارِوَوَاحِدَةٌفِيالْجَنَّةِوَهِيَمَاأَنَاعَلَيْهِاليَوْمَوَأَصْحَابِي
Ketahuilah, sesungguhnya Ahli Kitab sebelum kalian telah terpecah-belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya umat ini juga akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh 72 di antaranya masuk neraka, dan satu golongan di dalam surga, yakni golongan yang mengikuti pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.
Ketahuilah, sesungguhnya Ahli Kitab sebelum kalian telah terpecah-belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya umat ini juga akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh 72 di antaranya masuk neraka, dan satu golongan di dalam surga, yakni golongan yang mengikuti pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.
12.
Mengikuti pedoman sahabat adalah jaminan mendapatkan
kemenangan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَأْتِيعَلَىالنَّاسِزَمَانٌيُبْعَثُمِنْهُمُالْبَعْثُفَيَقُولُونَانْظُرُواهَلْتَجِدُونَفِيكُمْأَحَدًامِنْأَصْحَابِالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُوجَدُالرَّجُلُفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِثُمَّيُبْعَثُالْبَعْثُالثَّانِيفَيَقُولُونَهَلْفِيهِمْمَنْرَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِثُمَّيُبْعَثُالْبَعْثُالثَّالِثُفَيُقَالُانْظُرُواهَلْتَرَوْنَفِيهِمْمَنْرَأَىمَنْرَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَثُمَّيَكُونُالْبَعْثُالرَّابِعُفَيُقَالُانْظُرُواهَلْتَرَوْنَفِيهِمْأَحَدًارَأَىمَنْرَأَىأَحَدًارَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُوجَدُالرَّجُلُفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِ
"Akan
datang suatu masa, yang saat itu ada satu pasukan dikirim (untuk berperang).
Mereka berkata: 'Coba lihat, adakah di antara kalian seorang sahabat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam?' Ternyata ada satu orang sahabat Nabi, maka
karenanya Allah memenangkan mereka. Kemudian dikirim pasukan kedua. Dikatakan
kepada mereka: 'Adakah di antara mereka yang pernah melihat sahabat Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam?' maka karenanya Allah memenangkan mereka. Lalu dikirim
pasukan ketiga. Dikatakan: 'Coba lihat, apakah ada di antara mereka yang pernah
melihat seorang yang pernah melihat sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam?' maka didapatkan satu orang, sehingga Allah memenangkan mereka.
Kemudian dikirim pasukan keempat. Dikatakan: 'Coba lihat, apakah ada di antara
mereka yang pernah melihat seorang yang pernah seseorang yang melihat sahabat
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?" maka didapatkan satu orang. Akhirnya
Allah memenangkan mereka".
13.
Syariat mengharamkan celaan terhadap sahabat Nabi.
Siapa saja yang mencela para sahabat Nabi, maka ia berhak mendapat laknat
Allah, malaikat dan seluruh manusia.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَاتَسُبُّواأَصْحَابِيلَاتَسُبُّواأَصْحَابِيفَوَالَّذِينَفْسِيبِيَدِهِلَوْأَنَّأَحَدَكُمْأَنْفَقَمِثْلَأُحُدٍذَهَبًامَاأَدْرَكَمُدَّأَحَدِهِمْولَانَصِيفَهُ
Janganlah mecela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, meskipun kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat menyamai satu mud sedekah mereka, tidak juga separuhnya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
مَنْسَبَّأَصْحَابِيفَعَلَيْهِلَعْنَةُاللهِوَالمَلاَئِكَةِوَالنَّاسِأَجْمَعِيْنَ
Barang siapa yang mencela sahabatku, maka atasnya laknat Allah, laknat malaikat dan laknat seluruh umat manusia.
14.
Sahabat Nabi, mereka ialah orang-orang yang telah
mendapat ridha dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
وَالسَّابِقُونَالْأَوَّلُونَمِنَالْمُهَاجِرِينَوَالْأَنْصَارِوَالَّذِينَاتَّبَعُوهُمْبِإِحْسَانٍرَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُوَأَعَدَّلَهُمْجَنَّاتٍتَجْرِيتَحْتَهَاالْأَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًاۚذَٰلِكَالْفَوْزُالْعَظِيمُ
وَالسَّابِقُونَالْأَوَّلُونَمِنَالْمُهَاجِرِينَوَالْأَنْصَارِوَالَّذِينَاتَّبَعُوهُمْبِإِحْسَانٍرَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُوَأَعَدَّلَهُمْجَنَّاتٍتَجْرِيتَحْتَهَاالْأَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًاۚذَٰلِكَالْفَوْزُالْعَظِيمُ
Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang
Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Itulah kemenangan yang besar. [at-Taubah/9 ayat 100].
15.
Mencintai para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berarti iman, dan membenci mereka berarti kemunafikan.
Ath-Thahâwi dalam 'Aqidah-nya
mengatakan: “Kami (yakni Ahlus Sunnah wal-Jama’ah) menyintai sahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami tidak berlebih-lebihan dalam menyintai
salah seorang dari mereka. Dan kami tidak berlepas diri dari mereka. Kami membenci
orang yang membenci mereka dan yang menyebut mereka dengan sebutan yang tidak
baik. Kami tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Menyintai mereka
adalah ketaatan, keimanan dan kebaikan, sedangkan membenci mereka adalah
kekufuran, kemunafikan dan kesesatan”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
آيَةُالْإِيمَانِحُبُّالْأَنْصَارِ،وَآيَةُالنِّفَاقِبُغْضُالْأَنْصَارِ
Tanda keimanan ialah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan ialah membenci kaum Anshar.
Demikian, masih banyak lagi faktor
lain yang membuat mereka lebih istimewa dan lebih utama dibandingkan dengan
kaum muslimin lainnya. Namun demikian, Ahlus Sunnah wal-Jama'ah juga tidak
mengatakan para sahabat Nabi itu ma'shum dari kesalahan. Ahlus Sunnah wal-Jama'ah
juga tidak berlebih-lebihan dalam menyikapinya sebagaimana halnya kaum Syi’ah
Rafidhah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib Rdhiyallahu anhu. Bahkan yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, ialah memuliakan mereka, menjaga hak-hak
mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, dan mengucapkan doa bagi mereka dengan
kalimat "radhiyallahu 'anhum (semoga Allah meridhai mereka semua).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya:
وَالَّذِينَجَاءُوامِنْبَعْدِهِمْيَقُولُونَرَبَّنَااغْفِرْلَنَاوَلِإِخْوَانِنَاالَّذِينَسَبَقُونَابِالْإِيمَانِوَلَاتَجْعَلْفِيقُلُوبِنَاغِلًّالِلَّذِينَآمَنُوارَبَّنَاإِنَّكَرَءُوفٌرَحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang". [al-Hasyr/59 ayat 10].
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sahabat nabi ialah orang yang bertemu Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beriman
kepadanya, dan meninggal (wafat) dalam keadaan muslim.
Sebaik baik manusia adalah orang yang hidup pada kurun
Rasulullah hidup, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan
sahabat meraih kistimewaan dan keutamaan, yaitu:
·
Para sahabat
nabi merupakan generasi terbaik yang ditempa lansung oleh tangan Rasulullah SAW
·
Kedudukan
seorang sahabat nabi sesaat bersama Nabi
lebih utama dari pada amal seseorang sepanjang hayatnya.
·
Sahabat Nabi
merupakan generasi yang dipilih Allah sebagai pendamping Nabi-Nya.
3.2 Saran
Makalah ini tentunya belum mencakup
semua pembahasan mengenai keutamaan sahabat nabi, oleh karena itu untuk
melengkapinya perlu ditunjang dengan membaca dan mempelajari tentang keutamaan
sahabat nabi dari berbagai buku-buku yang membahas tentang keutamaan sahabat
nabi.
Daftar
pustaka
1. Al-Faizuna bi Du’aain-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Taufiq Umar Sayyidi.
2.Al-Fushul fi Sîratir-Rasûl, Ibnu
Katsir, Takhrîj: Syaikh Sâlim bin ‘Id al-Hilâli.
3.Al-Ibanah Lima lish-Shahabah
minal-Manzilah wal-Makanah, Hamd bin 'Abdillah bin Ibrahim al-
Humaidi.
4. Fathul-Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalâni.
5. Madârikun-Nazhar fis-Siyâsah
Syar’iyyah, 'Abdul Malik ar-Ramadhâni.
6. Nawâqidhul-Imân, Dr. 'Abdul-'Aziz bin Muhammad bin
'Ali 'Abdul-Lathîf.
7. Sirah Shahîhah, Dr. Dhiyâ’ Akram al-‘Umari.
8. Tahdzib Bidâyah wan-Nihâyah, Muhammad bin Shamil
as-Sulami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar