Kamis, 18 Juni 2015

Makalah Aqidah Keutamaan Sahabat Nabi

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahhiraabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,rahmat,taufik,serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Keutamaan Sahabat Nabi” , yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari sejarah agama islam.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.    
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon pemakluman bilamana makalah ini ada kekurangan, dan ada tulisan yang penulis buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih,dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

 Pekanbaru,10 Oktober 2014

Penulis



Daftar Isi
Kata pengantar....................................................................................................................   i
Daftar Isi .............................................................................................................................   ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................   1
1.1.  Latar Belakang..............................................................................................................   1
1.2.  Rumusan Masalah........................................................................................................   1
1.3.  Tujuan...........................................................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................   3
2.1. Siapa yang boleh disebut sebagai sahabat Nabi.......................................................... 3
2.2. Nash-Nash yang menjelaskan keutamaan sahabat Nabi.............................................   4
2.3.Faktor-faktor yang menyebabkan para sahabat Nabi meraih keistimewaan dan keutamaan               8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................   14
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................   14
3.2 Saran..............................................................................................................................   14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................   15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
             Seiring berkembangnya zaman, semakin besar kemungkinan umat islam tidak mengetahui bagaimana Sejarah kebudayaan islam. Sehingga masyarakat sering lupa akan perjalanan nabi beserta sahabat nya.
             Para sahabat nabi SAW adalah orang yang mulia yang Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya. Mereka adalah orang-orang yang menggabungkan ilmu dan amal dalam kehidupannya, mereka mengorbankan harta jiwa untuk islam dan kaum muslimin. Oleh karena itu mereka lah tauladan kita setelah para nabi dan rasul.
             Sebagai umat islam kita dituntut untuk mengetahui sejarah Nabi dan sahabat nya membawa umat manusia dari zaman tidak berpendidikan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan, dan biadab menjadi beradab.

1.2. Rumusan Masalah
1. Siapakah yang boleh disebut sebagai sahabat nabi ?
2. Apai sajakah Nash-nash yang menjelaskan keutamaan sahabat nabi ?
3. Bagaimanakah para sahabat Nabi dapat meraih keistimewaan dan keutamaan bagi para nabi ?

1.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui siapa saja yang dapat disebut sebagai sahabat nabi.
2.Untuk mengetahui Nash-nash yang menjelaskan tentang keutamaan sahabat nabi.
3.Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan para sahabat nabi meraih keistimewaan dan keutamaan.




















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Siapa saja yang dapat disebut sebagai sahabat nabi ?
             Ibnu faris rahimullah seorang ahli bahasa menjelaskan dalam mu’jamu maqayisil lughah (III/335) pasal sha-ha-ba, mengatakan: “(himpunan tiga huruf itu) menunjukkan penyertaan sesuatu dan kedekatan nya dengan seseorang yang bersama nya. Bentuk jamaknya ialah shuhhab sebagaimana kata rakib bentuk jamaknya rukkab. Sama seperti kalimat أَصْحَبَ فُلاَنٌ (ashhaba fulan), artiya menjadi tunduk. Dan kalimat ashabar rajalu,  yang artinya jika anaknya telah baligh, dan segaa sesuatu yang menyertai sesuatu maka boleh dikatan telah menjadi sahabatnya”.
             Dalam mu’jamul–wasith (I/507) disebutkan, “shahabahu, ialah rafaqahu (menemaninya). Ishtashhaba syai’an artinya lazamahu (menyertaiya). Ash-shahib, ialah al-murafiq (teman), pemilik sesuatu, pelaksana suatu pekerjaan. Dipakai juga untuk orang yang menganut sbuah mazhab atau pendapat tertentu.
             الصَّحَابِيُّ (ash-Shahâbi) ialah orang yang bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beriman kepadanya, dan meninggal (wafat) dalam keadaan muslim.
             Dalam kitab al-Ifshah fil-Lughah, halaman 708 disebutkan: "Ash-shuhbah, artinya الْمُعَاشَرَةُ (al-mu'asyarah, pergaulan)".
             Tidak ada penjelasan dari pakar bahasa yang mensyaratkan penyertaan tersebut harus dalam jangka waktu tertentu atau menyebutkan batasan tertentu selain penyertaan secara mutlak, untuk jangka waktu yang lama maupun singkat. Oleh sebab itu, Ibnu Fârist menyebutkan  bahwa asal kata ash-shuhbah, maknanya penyertaan dan kedekatan.

             Ibnu taimiyah mengatakan dalam majmu’ fatawa (IV/464): “shuhbah ialah istilah yang digunakan untuk orang-orang yang menyertai Rasulullah SAW dalam jangka waktu yang lama maupun yang singkat. Akan tetapi, kedudukan setiap sahabat ditentukan oleh jangka waktu ia menyertai Rasulullah SAW. Imam ahmad rahimullah dan imam Al-Bukhari mengatakan bahwa: “Siapa yang menyertai belau setahun, sebulan, sehari, sesaat, atau melihat beliau sekilas lalu beriman, maka ia terhitung sebagai sahabat nabi”. Derajat masing-masing ditentukan sesuai jangka waktunya dalam menyertai Rasululah”.
             Abu Muhammad bin Hazm rahimahullah dalam al-Ihkam (V/89) berkata: "(Yang disebut) sahabat, ialah semua orang yang telah duduk bersama Rasulullah SAW meski hanya sesaat dan mendengar perkataan beliau meski hanya satu kalimat atau lebih, atau menyaksikan beliau secara langsung, dan tidak termasuk kaum munafik yang sudah dikenal kemunafikannya dan mati dalam keadaan munafik,Dan tidak termasuk orang-orang yang diusir oleh Rasulullah SAW karena alasan yang patut, misalnya kaum banci dan orang-orang semacam itu. Siapa saja yang telah memenuhi kriteria tersebut, maka ia berhak disebut sahabat. Semua sahabat termasuk (sebagai) imam panutan,dan diridhai. Kita wajib menghormati mereka, mengagungkan mereka, memohon ampunan bagi mereka dan mencintai mereka. Sebiji kurma yang mereka sedekahkan lebih utama daripada seluruh harta yang disedekahkan oleh selain mereka. Kedudukan mereka di sisi Rasulullah SAW lebih utama daripada ibadah kita seumur hidup, baik yang masih kanak-kanak maupun yang sudah baligh. An-Nu'man bin Basyir, Abdullah bin Az-Zubair, Al-Hasan dan Al-Hushain bin 'Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhum masih berusia sekitar sepuluh tahun ketika Rasulullah SAW wafat. Adapun Al-Hushain, ketika Rasulullah SAW wafat ia masih berusia enam tahun. Mahmud bin ar-Rabi' berusia lima tahun ketika Rasulullah SAW wafat, ia masih ingat semburan Rasulullah SAW ke wajahnya dengan air yang diambil dari sumur mereka. Mereka semua termasuk sahabat terbaik, riwayat-riwayat mereka dari Rasulullah SAW diterima sepenuhnya, baik dari kalangan pria, wanita, budak maupun orang merdeka.
            
2.2. Nash-nash tentang keutamaan sahabat Nabi
             Terdapat banyak sekali dalil yang menjelaskan nya: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka; kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injîl; yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. [al-Fath/48 ayat 29].
             Ayat ini mencakup seluruh sahabat Nabi Radhiyallahu anhum, karena mereka seluruhnya hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Sementara itu, hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan keutamaan para sahabat tidak sedikit. Dalam kitab Shahîhain, al-Bukhâri dan Muslim diriwayatkan dari hadits 'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُالنَّاسِقَرْنِيثُمَّالَّذِينَيَلُونَهُمْثُمَّالَّذِينَيَلُونَهُمْثُمَّيَجِيءُقَوْمٌتَسْبِقُشَهَادَةُأَحَدِهِمْيَمِينَهُوَيَمِينُهُشَهَادَتَهُ
Sebaik-baik manusia ialah pada zamanku, kemudian zaman berikutnya, dan kemudian zaman berikutnya. Lalu akan datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpah, dan sumpahnya mendahului persaksian.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, mereka ialah sebaik-baik manusia. Akan tetapi, musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala tetap mencela sebaik-baik manusia yang telah dipuji oleh sebaik-baik hamba yang tidak berucap dengan hawa nafsu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan, kurun beliau dan kurun para sahabatnya ialah sebaik-baik kurun secara mutlak. Tidak ada kurun yang lebih baik daripada kurun mereka. Barang siapa mengatakan selain itu, maka ia termasuk zindîq (orang sesat).
Dalam hadits 'Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata: "Seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Siapakah sebaik-baik manusia?Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: (Yaitu) kurun, yang aku hidup saat ini, kemudian kurun berikutnya, kemudian kurun berikutnya
Abu Burdah meriwayatkan dari ayahnya, bahwasanya ia berkata: Kami mengerjakan shalat Maghrib bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Selepas shalat, kami berkata: "Bagaimana kalau kita duduk menunggu untuk mengerjakan 'Isya bersama beliau?" Maka kami pun sepakat duduk menunggu. Lalu beliau keluar menemui kami, beliau berkata: "Apakah kalian masih di sini?" Kami menjawab: "Wahai Rasulullah, kami mengerjakan shalat Maghrib bersamamu, kemudian kami duduk menunggu di sini agar dapat mengerjakan shalat 'Isya bersamamu". "Bagus, sungguh tepat yang kalian lakukan itu!" sahut beliau.
Kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, biasanya beliau sering menengadahkan wajah ke langit. Lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
النُّجُومُأَمَنَةٌلِلسَّمَاءِفَإِذَاذَهَبَتِالنُّجُومُأَتَىالسَّمَاءَمَاتُوعَدُوَأَنَاأَمَنَةٌلِأَصْحَابِيفَإِذَاذَهَبْتُأَتَىأَصْحَابِيمَايُوعَدُونَ  وَأَصْحَابِيأَمَنَةٌلِأُمَّتِيفَإِذَاذَهَبَأَصْحَابِيأَتَىأُمَّتِيمَايُوعَدُونَ
         "Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu lenyap, maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas sahabatku. Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku"
            Anas Radhiyallahu anhu meriwayatkan, sewaktu menggali khandaq (parit pertahanan), para sahabat nabi melantunkan syair: Kamilah yang telah membaiat Muhammad untuk memegang teguh Islam selama hayat dikandungbadan.Atau mereka mengatakan: Untuk berjihad selama hayat di kandung badan.
            Hammad ragu-ragu meriwayatkannya. Lantas Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membalasnya dengan ucapan: Ya Allah, sesungguhnya sebaik-baik kebaikan adalah kebaikan akhirat. Ampunilah kaum Anshar dan Muhajirin.
Dalam riwayat lain disebutkan: Berikanlah kebaikan bagi kaum Anshar dan Muhajirin.
Dalam riwayat lain pula disebutkan: Muliakanlah kaum Anshâr dan Muhajirin.

Dalam riwayat Sahal bin Sa'ad, ia berkata: "Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menemui kami, sedangkan ketika itu, kami sedang menggali parit (khandaq) dan membawa tanah dengan bahu kami sendiri, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: "Ya Allah! Sesungguhnya kehidupan yang hakiki ialah kehidupan akhirat. Berilah ampunan bagi kaum Muhâjirin dan Ansh
ar"
            Coba lihat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memohonkan ampunan, kemuliaan, kebaikan dan berkah untuk mereka. Anehnya, kemudian setelah itu muncul pula orang yang mencela para sahabat nabi, melaknat mereka, mengkafirkan mereka, menuding mereka munafik, dan banyak pelecehan lainnya.
            Sifat-sifat buruk tersebut, sebenarnya lebih tepat untuk yang mencela mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَلْيَحْذَرِالَّذِينَيُخَالِفُونَعَنْأَمْرِهِأَنْتُصِيبَهُمْفِتْنَةٌأَوْيُصِيبَهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ

            Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. [an-Nûr/24 ayat 63].
            Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memperingatkan kita agar tidak menyelisihi perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak menyimpang dari jalan beliau, manhaj, sunnah dan syariatnya. Semua perkataan dan perbuatan diukur menurut perkataan dan perbuatan Rasulullah. Baru bisa diterima bila selaras dengan perkataan dan perbuatan beliau, dan tertolak bila menyelisihinya. Seseorang yang mengucapkan perkataan dan mengerjakan perbuatan yang menyelisihi perkataan dan perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , berarti ia termasuk yang menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala dan  Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam.Ia termasuk orang yang rendah dan terhina.
            Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّالَّذِينَيُحَادُّونَاللَّهَوَرَسُولَهُكُبِتُواكَمَاكُبِتَالَّذِينَمِنْقَبْلِهِمْۚوَقَدْأَنْزَلْنَاآيَاتٍبَيِّنَاتٍۚوَلِلْكَافِرِينَعَذَابٌمُهِينٌ
            Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan, sebagaimana orang-orang yang sebelum mereka telah mendapat kehinaan. Sesungguhnya Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang kafir ada siksa yang menghinakan. [al-Mujâdilah/58 ayat 5].
            Di antara bentuk penentangan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling keji ialah mencaci para wali-Nya. Dan wali Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mulia setelah para nabi dan rasul-Nya, ialah para sahabat yang telah dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyertai Nabi-Nya, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan para sahabat meraih keistimewaan dan keutamaan
            Ibnu 'Umar Radhiyallahu anhu  berkata:Janganlah kalian mencela sahabat Muhammad. Sesungguhnya, amal perbuatan salah seorang dari mereka sesaat, (itu) lebih baik daripada amal salah seseorang di antara kalian selama hidupnya”.
            Kesempatan dapat menyertai dan bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan anugerah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih di antara para hamba-Nya untuk menyertai rasul-Nya dalam menegakkan agama-Nya di muka bumi. Manusia-manusia pilihan ini, tentu memiliki kedudukan istimewa dibanding yang lain. Karena pilihan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mungkin keliru.
            'Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata: "Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada, kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan generasi yang berada di atas Shirathal- Mustaqim."
            Beliau Radhiyallahu anhu juga berkata: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat hati para hamba-Nya. Allah menemukan hati Muhammad adalah sebaik-baik hati hamba-Nya. Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati sahabat-sahabat beliau adalah sebaik-baik hati hamba. Maka Allah mengangkat mereka sebagai wâzir (pembantu-red) Nabi-Nya, berperang demi membela agama-Nya. Maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Dan apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi-Nya.
            Dari perkataan Ibnu Mas’ûd di atas, kita dapat mengetahui beberapa keistimewaan para sahabat dibandingkan kaum muslimin lainnya. Yaitu:
1.        Para sahabat Nabi merupakan generasi terbaik yang ditempa langsung oleh tangan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
2.        Kedudukan seorang sahabat nabi sesaat bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih utama daripada amal seseorang sepanjang hayatnya.
3.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling bersih hatinya.
4.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling dalam ilmunya.
5.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang tidak suka mengada-ngadakan sesuatu dalam urusan agama.
6.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang selamat dari bid’ah.
7.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang paling baik akhlaknya.
8.        Sahabat Nabi merupakan generasi yang dipilih Allah sebagai pendamping Nabi-Nya.
9.        Para sahabat merupakan orang-orang yang beruntung mendapat doa langsung dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
10.    Sahabat Nabi sebagai pengawas dan pengaman umat ini.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya bintang-bintang itu adalah pengaman bagi langit. Jika bintang-bintang itu lenyap maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas langit. Aku adalah pengaman bagi sahabatku, jika aku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas sahabatku. Dan sahabatku adalah pengaman bagi umatku, jika sahabatku telah pergi maka akan datang apa yang telah dijanjikan atas umatku"
11.    Sahabat Nabi sebagai sumber rujukan saat perselisihan dan sebagai pedoman dalam memahami Al-Qur`ân dan Sunnah.
أَلَاإِنَّمَنْقَبْلَكُمْمِنْأَهْلِالْكِتَابِافْتَرَقُواعَلَىثِنْتَيْنِوَسَبْعِينَمِلَّةًوَإِنَّهَذِهِالْمِلَّةَسَتَفْتَرِقُعَلَىثَلَاثٍوَسَبْعِينَثِنْتَانِوَسَبْعُونَفِيالنَّارِوَوَاحِدَةٌفِيالْجَنَّةِوَهِيَمَاأَنَاعَلَيْهِاليَوْمَوَأَصْحَابِي
Ketahuilah, sesungguhnya Ahli Kitab sebelum kalian telah terpecah-belah menjadi 72 golongan. Dan sesungguhnya umat ini juga akan terpecah menjadi 73 golongan. Tujuh 72 di antaranya masuk neraka, dan satu golongan di dalam surga, yakni golongan yang mengikuti pedoman yang aku dan para sahabatku berada di atasnya.
12.    Mengikuti pedoman sahabat adalah jaminan mendapatkan kemenangan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَأْتِيعَلَىالنَّاسِزَمَانٌيُبْعَثُمِنْهُمُالْبَعْثُفَيَقُولُونَانْظُرُواهَلْتَجِدُونَفِيكُمْأَحَدًامِنْأَصْحَابِالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُوجَدُالرَّجُلُفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِثُمَّيُبْعَثُالْبَعْثُالثَّانِيفَيَقُولُونَهَلْفِيهِمْمَنْرَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِثُمَّيُبْعَثُالْبَعْثُالثَّالِثُفَيُقَالُانْظُرُواهَلْتَرَوْنَفِيهِمْمَنْرَأَىمَنْرَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَثُمَّيَكُونُالْبَعْثُالرَّابِعُفَيُقَالُانْظُرُواهَلْتَرَوْنَفِيهِمْأَحَدًارَأَىمَنْرَأَىأَحَدًارَأَىأَصْحَابَالنَّبِيِّصَلَّىاللهُعَلَيْهِوَسَلَّمَفَيُوجَدُالرَّجُلُفَيُفْتَحُلَهُمْبِهِ
"Akan datang suatu masa, yang saat itu ada satu pasukan dikirim (untuk berperang). Mereka berkata: 'Coba lihat, adakah di antara kalian seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?' Ternyata ada satu orang sahabat Nabi, maka karenanya Allah memenangkan mereka. Kemudian dikirim pasukan kedua. Dikatakan kepada mereka: 'Adakah di antara mereka yang pernah melihat sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?' maka karenanya Allah memenangkan mereka. Lalu dikirim pasukan ketiga. Dikatakan: 'Coba lihat, apakah ada di antara mereka yang pernah melihat seorang yang pernah melihat sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?' maka didapatkan satu orang, sehingga Allah memenangkan mereka. Kemudian dikirim pasukan keempat. Dikatakan: 'Coba lihat, apakah ada di antara mereka yang pernah melihat seorang yang pernah seseorang yang melihat sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam?" maka didapatkan satu orang. Akhirnya Allah memenangkan mereka".
13.    Syariat mengharamkan celaan terhadap sahabat Nabi. Siapa saja yang mencela para sahabat Nabi, maka ia berhak mendapat laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَاتَسُبُّواأَصْحَابِيلَاتَسُبُّواأَصْحَابِيفَوَالَّذِينَفْسِيبِيَدِهِلَوْأَنَّأَحَدَكُمْأَنْفَقَمِثْلَأُحُدٍذَهَبًامَاأَدْرَكَمُدَّأَحَدِهِمْولَانَصِيفَهُ
Janganlah mecela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, meskipun kalian menginfaqkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan dapat menyamai satu mud sedekah mereka
, tidak juga separuhnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَنْسَبَّأَصْحَابِيفَعَلَيْهِلَعْنَةُاللهِوَالمَلاَئِكَةِوَالنَّاسِأَجْمَعِيْنَ
Barang siapa yang mencela sahabatku, maka atasnya laknat Allah, laknat malaikat dan laknat seluruh umat manusia.
14.    Sahabat Nabi, mereka ialah orang-orang yang telah mendapat ridha dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَالسَّابِقُونَالْأَوَّلُونَمِنَالْمُهَاجِرِينَوَالْأَنْصَارِوَالَّذِينَاتَّبَعُوهُمْبِإِحْسَانٍرَضِيَاللَّهُعَنْهُمْوَرَضُواعَنْهُوَأَعَدَّلَهُمْجَنَّاتٍتَجْرِيتَحْتَهَاالْأَنْهَارُخَالِدِينَفِيهَاأَبَدًاۚذَٰلِكَالْفَوْزُالْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka jannah-jannah yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [at-Taubah/9 ayat 100].
15.    Mencintai para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berarti iman, dan membenci mereka berarti kemunafikan.
Ath-Thahâwi dalam 'Aqidah-nya mengatakan: “Kami (yakni Ahlus Sunnah wal-Jama’ah) menyintai sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kami tidak berlebih-lebihan dalam menyintai salah seorang dari mereka. Dan kami tidak berlepas diri dari mereka. Kami membenci orang yang membenci mereka dan yang menyebut mereka dengan sebutan yang tidak baik. Kami tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan. Menyintai mereka adalah ketaatan, keimanan dan kebaikan, sedangkan membenci mereka adalah kekufuran, kemunafikan dan kesesatan”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

آيَةُالْإِيمَانِحُبُّالْأَنْصَارِ،وَآيَةُالنِّفَاقِبُغْضُالْأَنْصَارِ

Tanda keimanan ialah mencintai kaum Anshar, dan tanda kemunafikan ialah membenci kaum Anshar.
Demikian, masih banyak lagi faktor lain yang membuat mereka lebih istimewa dan lebih utama dibandingkan dengan kaum muslimin lainnya. Namun demikian, Ahlus Sunnah wal-Jama'ah juga tidak mengatakan para sahabat Nabi itu ma'shum dari kesalahan. Ahlus Sunnah wal-Jama'ah juga tidak berlebih-lebihan dalam menyikapinya sebagaimana halnya kaum Syi’ah Rafidhah yang menuhankan Ali bin Abi Thalib Rdhiyallahu anhu. Bahkan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan, ialah memuliakan mereka, menjaga hak-hak mereka, memohonkan ampunan bagi mereka, dan mengucapkan doa bagi mereka dengan kalimat "radhiyallahu 'anhum (semoga Allah meridhai mereka semua).
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Kitab-Nya:

وَالَّذِينَجَاءُوامِنْبَعْدِهِمْيَقُولُونَرَبَّنَااغْفِرْلَنَاوَلِإِخْوَانِنَاالَّذِينَسَبَقُونَابِالْإِيمَانِوَلَاتَجْعَلْفِيقُلُوبِنَاغِلًّالِلَّذِينَآمَنُوارَبَّنَاإِنَّكَرَءُوفٌرَحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang". [al-Hasyr/59 ayat 10].















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sahabat nabi  ialah orang yang bertemu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beriman kepadanya, dan meninggal (wafat) dalam keadaan muslim.
            Sebaik baik manusia adalah orang yang hidup pada kurun Rasulullah hidup, kemudian berikutnya, kemudian berikutnya.
            Ada beberapa faktor yang menyebabkan sahabat meraih kistimewaan dan keutamaan, yaitu:
·        Para sahabat nabi merupakan generasi terbaik yang ditempa lansung oleh tangan Rasulullah SAW
·        Kedudukan seorang  sahabat nabi sesaat bersama Nabi lebih utama dari pada amal seseorang sepanjang hayatnya.
·        Sahabat Nabi merupakan generasi yang dipilih Allah sebagai pendamping Nabi-Nya.
3.2 Saran
Makalah ini tentunya belum mencakup semua pembahasan mengenai keutamaan sahabat nabi, oleh karena itu untuk melengkapinya perlu ditunjang dengan membaca dan mempelajari tentang keutamaan sahabat nabi dari berbagai buku-buku yang membahas tentang keutamaan sahabat nabi.





Daftar pustaka

1.
Al-Faizuna bi Du’aain-Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karya Taufiq Umar Sayyidi.
2.Al-Fushul fi Sîratir-Rasûl, Ibnu Katsir, Takhrîj: Syaikh Sâlim bin ‘Id al-Hilâli.
3.Al-Ibanah Lima lish-Shahabah minal-Manzilah wal-Makanah, Hamd bin 'Abdillah bin Ibrahim al- Humaidi.
4. Fathul-Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalâni.
5. Madârikun-Nazhar fis-Siyâsah Syar’iyyah, 'Abdul Malik ar-Ramadhâni.
6. Nawâqidhul-Imân, Dr. 'Abdul-'Aziz bin Muhammad bin 'Ali 'Abdul-Lathîf.
7. Sirah Shahîhah, Dr. Dhiyâ’ Akram al-‘Umari.
8. Tahdzib Bidâyah wan-Nihâyah, Muhammad bin Shamil as-Sulami.

           


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar